Minggu, 02 Desember 2012

Gandrung Sewu: Isun Gandrung,Gandrungono

Gladi bersih Gandrung Sewu
Peringatan menjelang Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) tahun ini agak sedikit berbeda dan lebih meriah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Ada program yang bernama Banyuwangi Festival di tahun ini yang membuat beda dan lebih fresh menurut saya. Salah satu agenda Banyuwangi Festival adalah "Gandrung Sewu". Gandrung merupakan kesenian khas Banyuwangi dan sudah menjadi maskot dari Kabupaten yang mengklaim sebagai The Sunrise of Java ini. Sewu berarti seribu. Jadi dalam acara ini akan ada seribu penari Gandrung yang akan menari secara masal. Acara ini dilaksanakan di pantai Boom, lebih kurang 2 km dari pusat kota. Dalam pemikiran saya acara ini nantinya hanya akan ada penari yang akan menarikan Jejer Gandrung dan setelah itu selesai. Namun ternyata tidak seperti saya pikirkan, tontonan ini menyuguhkan sesuatu yang sangat kolosal dan spektakular. 
Menunggu tampil

Lautan pasir yang siap di gandrungi

 Panas terik matahari siang ini tidak menyurutkan masyarakat Banyuwangi dan para wisatawan dari daerah lain dan luar negeri untuk tumpah ruah di pantai Boom. Saya sudah berada dilokasi mulai jam 13.00 Wib, bisa dibayangkan bagaimana teriknya matahari pantai jam segitu. Acara baru dimulai sekitar pukul 15.00 setelah bupati Banyuwangi Abdulah Azwar Anas tiba di lokasi. Setelah acara ceremonial berupa laporan dan sambutan selesai, sebagai penampil pembuka adalah kesenian Jaranan Buto yang sangat menakjubkan dan masih kental aura mistisnya. Seketika penampilan Jaranan Buto ini membuat ribuan orang yang hari itu tumpah ruah di pantai Boom berdesakan untuk maju supaya bisa lebih dekat jarak pandangnya. Namun usaha ini nampaknya sia-sia, karena akan dihalau oleh petugas kepolisian termasuk saya dari Paguyuban Jebeng Thulik. Acara selanjutnya dilanjutkan dengan munculnya iring-iringan pembawa umbul-umbul warna-warni dengan tarian yang kompak di lautan pasir pantai yang luas. Yang mencuri perhatian berikutnya adalah munculnya penari Seblang yang diarak menggunakan tandu menuju ke tengah. Seblang merupakan upacara adat bersih desa untuk menolak balak. Disusul berikutnya muncul Gandrung Marsan. Gandrung Marsan merupakan Gandrung Pria terakhir. Sejarahnya, Gandrung sebelumnya ditarikan oleh seorang laki-laki, namun setelah Islam masuk ke Blambangan, lewat pengaruhnya akhirnya Gandrung digantikan oleh perempuan. Gandrung Marsan disini menceritakan ikut berjuang ketika jaman penjajahan. Untuk menghidupkan suasana, digambarkan juga secara teatrikal oleh para pengisi acara. 

Gandrung Marsan in action

Isun Gandrung, Gandrungono

Digambarkan pada masa itu masyarakat bumi Blambangan sangat sengsara dengan penindasan dari penjajah yaitu Belanda. Budaya mabuk-mabukan dan menindas serta membunuh masyarakat yang menentang pemerintahan Belanda. Gadrung kemudia hadir yang bertugas untuk memberi semangat para pejuang untuk melawan para penjajah. Atraksi ini sangat memukau dan kolosal, saya yang menyaksikan ketika itu sedikit merinding dengan adegan-adegan yang digambarkan. Setelah adegan teatrikal, yang ditunggu-tunggu pun akhirnya mulai. Kurang lebih 1040 penari Gandrung dari semua kecamatan di Kabupaten Banyuwangi memasuki arena. Seketika itu pantai Boom menjadi lautan Gandrung dengan balutan busana Gandrung yang didominasi warna merah. Gamelan membahana dengan luar biasa seakan menantang angin laut yang semakin kencang sore itu. Salutnya, para Gandrung ini menari dengan kompak dan lincah meskipun saya tau pasti ada rasa capek karena mereka sudah berdandan sejak pagi. Tarian Gandrung yang dibawakan dalam Gandrung Sewu ini adalah tari Gandrung kreasi dengan alunan musik yang juga dikerasikan namun tetap dengan konten asli tarian gandrung itu sendiri. Sekitar 20 menit pononton dimanjakan dengan tarian kolosal khas Banyuwangi yang tidak tanggung-tanggung ditarikan oleh tibuan penari. Hal ini sangat wajar dan tidak terlalu berlebihan menurut saya, karena memang Banyuwangi adalah kota Gandrung. Berharap acara ini menjadi agenda tahunan ketika menyambut hari jadi Banyuwangi. Selain sebagai pelestarian buadaya, pastinya acara seperti ini sangat menyedot perhatian wisatawan. Ini terbukti, selama rangkaian Banyuwangi Festival, semua hotel di kota penuh. Tahun depan harus lebih baik dan lebih fenomenal lagi tentunya. (17-11-12). 

Lautan Gandrung
Terima kasih Gandrung!