Senin, 28 Oktober 2013

Couchsurfing : Media Promosi tak Berbatas


Kekayaan wisata di Banyuwangi seakan tidak perlu diragukan lagi, mulai dari wisata alam yang mempesona hingga wisata buatan yang terus bermunculan dan menggairahkan untuk dikunjungi.  Khusus wisata alam, Banyuwangi memiliki three angel diamond yang terus bersinar seiring berjalannya waktu. Three angel diamond tersebut adalah kawah ijen, plengkung dan sukamade yang ketiganya memiliki keunikan dan keindahan masing-masing. Disebut sebagai three angel diamond karena, jika ditarik garis lurus dari ketiganya maka akan tergambar bentuk segitiga. Ketiga destinasi wisata alam ini menjadi sebuah kebanggaan dan layak menjadi destinasi utama ketika berkunjung ke Banyuwangi. Kawah Ijen dengan kawah belerang yang misterius serta blue fire yang hanya bisa dijumpai di dua tempat di dunia ini dan salah satunya ada di Kawah Ijen.  Pantai Plengkung dengan ombak yang dahsyat dan memukau yang disukai para surfer mancanegara serta pantai Sukamade yang menawarkan penyunya yang atraktif. Saat ini Banyuwangi mulai mengembangkan wisata lain untuk terus diperkenalkan ke mata dunia. Baru-baru ini telah diadakan kompetisi surfing internasional di Pulau Merah. Hal ini tentu semakin mengangkat nama Banyuwangi sebagai tujuan destinasi para traveler.
Banyaknya destinasi wisata khususnya alam yang indah membuat para traveler seakan berlomba untuk mengunjunginya. Hal ini berbanding lurus dengan fenomena saat ini yang menjadikan travelling sebagai gaya hidup yang banyak digandrungi banyak orang khususnya oleh anak muda. Mengunjungi suatu tempat merupakan sebuah  kebanggaan bagi mereka yang akhirnya menyebut dirinya sebagai seorang traveler. Banyaknya orang yang meminati gaya hidup ini, akhirnya menjadi peluang bisnis bagi sebagian orang untuk berlomba-lomba membuat sebuah agen perjalanan wisata. Agen wisata berupaya untuk membuat paket perjalanan dengan destinasi yang menarik dan tentunya berimbas pada harga yang juga selangit. Harga merupakan kendala utama bagi para traveler yang notabene saat ini kebanyakan adalah anak muda yang lebih memilih bepergian dengan biaya yang sangat murah. Hal ini kemudian memunculkan sebuah gaya bepergian baru yang disebut sebagai Backpacker. Menjadi seorang backpacker tidak hanya bepergian dengan low budget saja, atau bepergian dengan menggunakan ransel. Menurut seorang backpaker,, backpacking adalah senang-senang, namun senang-senang yang menggunakan perencanaan, dan persiapan dari jauh-jauh hari sebelum berpetualang.
Fenomena ini seharusnya bisa dibaca sebagai sebuah peluang untuk bisa mendatangkan wisatawan ke Banyuwangi. Banyuwangi harus bisa melihat hal ini sebagai sebuah oase untuk meningkatkan kunjungan wisata ke semua destinasi yang ada di Banyuwangi. Didukung berkembangnya sosial media yang terus menjadi idola dari tahun ke tahun dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, harus menjadi alat untuk memajukan dan memperkenalkan Banyuwangi ke mata dunia. Sebut yang saat ini sedang berkembang adalah Couchsurfing.
Couchsurfing merupakan jaringan global bagi travelers yang ada di seluruh dunia. Couchsurfing didirikan oleh Casey Fenton, Daniel Hoffer, Sebastian Le Tuan dan Leonardo Bassani da Silveira pada tahun 2004. Saat ini, anggota Couchsurfer telah mencapai jutaan  97.000 kota di 207 negara. Couchsurfing bertujuan untuk berbagi kebudayaan, hospitality dan pengalaman otentik. Semua kegiatan Couchsurfing bersifat gratis. Kebanyakan dari surfers memberikan tanda terima kasih berupa hadiah kecil atau act of kindness sebagai balasan atas kesediaan host mengijinkan surfers untuk menginap di tempat tinggal host. Karena sistem Couchsurfing didasari oleh kepercayaan, website ini juga menyediakan wadah bagi surfers untuk memberikan komentar bagi tiap host. Hal ini bertujuan agar surfers lainnya dapat melihat rating seorang host berdasarkan pengalaman surfers yang pernah mengunjungi host tersebut. Di website Couchsurfing  mendorong para anggota untuk menuliskan secara detail referensi-referensi berkaitan dengan pengalaman mereka sehingga anggota lain mendapatkan informasi yang akurat sebelum menyetujui untuk menjadi host, surfers atau sekedar untuk bertemu.
Promosi melalui sosial media mungkin sudah digembar gemborkan sejak berkembangnya teknologi, namun tidak asal menggunakan sosial media. Promosi menggunakan sosial media tetap harus memperhatikan apa tujuan kita, siapa sasaran kita, dan bagaimana nantinya perkebangannya. Memanfaatkan sosial media Couchsurfing menjadi alternatif yang tepat untuk bisa menjaring travelers yang ada di seluruh dunia. Tentu selanjutnya akan muncul pertanyaan, bagaimana langkah awal untuk memulainya?. Langkah awal tentunya adalah menjadi member dari sosial media ini dengan login ke halaman coucsurfing.org. Pengoprasiannya pun sama dengan sosial media yang lainnya semacam facebook ataupun twitter, hanya saja khusus untuk memposting kegiatan travelling atau share sebuah destinasi. Selanjutnya adalah mengembangkan sebuah komunitas Couchsurfing di Banyuwangi dan secara aktif terus meng-update destinasi yang ada di Banyuwangi. Bergabung dalam Couchsurfing tidak harus bersedia menjadi host, kita juga bisa mencarikan penginapan untuk traveler dan menemani perjalanan wisatanya. Hal ini yang sangat menarik jika dilihat dengan keadaan yang ada di Banyuwangi sekarang. Apakah hal yang menarik itu?.

Pemerintah Kabupaten saat ini sedang mengembangkan pembangunan Dormitory house. Dormitory house merupakan sebuah konsep penginapan yang satu kamar terdiri atas tempat tidur bertingkat dan bisa ditempati oleh hingga 10 orang, dengan kamar mandi diluar. Konsep ini sangat disukai para backpacker. Pemerintah kabupaten Banyuwangi telah membuat sebuah gebrakan yang sangat luar biasa dalam dunia kepariwisataan. Hal ini tentu harus kita dukung semaksimal mungkin. Perkembangan sosial media mendukung dan perkembangan pembangunan di Banyuwangi juga mendukung. Sebagai masyarakat Banyuwangi khususnya generasi muda seharusnya juga bisa menjadikan ini sebagai sebuah ajang untuk berpikir kreatif serta ikut andil dalam mepromosikan wisata di Banyuwangi. Korelasinya, membuat komunitas travelers melalui couchsurfing, aktif memperkenalkan destinasi wisata dan didukung dengan pembangunan Dormitory house, maka saya yakin perkembangan wisata di Banyuwangi akan semakin maju. Banyuwangi akan semakin dikenal oleh dunia sebagi surge wisata. Membangun komunitas yang kuat, pembangunan wisata yang terus berkembang, trasnportasi yang terus ditambah dengan adanya bandara, serta konsep Banyuwangi Society yang mendukung perkembangan Tekknologi Informasi di Banyuwangi menjadikan semuanya perpaduan yang mantap untuk memajukan Pariwisata di Banyuwangi. Sedikit mengembangkan dari perkataan Bupati Banyuwangi, jika tidak ada yang memperkenalkan maka tidak ada yang tahu, tidak ada yang tahu maka tidak akan ada yang datang. Jika tidak ada yang datang, maka ekonomi kreatif Banyuwangi tak akan muncul.

The Golden Path : Primadona Baru Destinasi di Kabupaten Banyuwangi

Pariwisata merupakan industri yang tidak akan pernah ditinggalkan dan akan terus berkembang sepanjang waktu. Setiap daerah akan terus mengembangkan potensi pariwisatanya yang nantinya akan berimbas pada semua aspek terutama aspek ekonomi. Banyuwangi, sebagai kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Jawa Timur terus mengembangkan dan berbenah untuk memajukan bidang pariwisata. Memiliki jargon The Sunrise of Java, Banyuwangi mampu memperkenalkan tempat wisatanya ke mata dunia melalui berbagai event Internasional seperti  Banyuwangi Tour de Ijen, International Surfing Competition dan banyak event lain yang menarik yang dikemas dalam Banyuwangi Festival. Selain itu, Banyuwangi memiliki potensi wisata alam yang sangat luar biasa menakjubkan. Mulai dari garis pantai yang cantik hingga hutan dan gunung yang masih terjaga kealamiannya. Perpaduan itu sudah lama diwakilkan dengan istilah Triangle Diamond atau Segitiga Berlian yang meliputi Kawah ijen, Plengkung dan Sukamade. Dimana ketiganya jika ditarik sebuah garis akan membentuk sebuah segitiga.
Keindahan dari Segitiga Berlian sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Kawah ijen menawarkan keindahan kawah belerang yang indah serta keramahan penambang belerang yang dapat dijumpai selama pendakian. Hal lain yang juga tak kalah menarik adalah fenomena “Blue Fire” atau api biru yang merupakan satu-satunya di Indonesia, dan didunia hanya ada di dua tempat yaitu di Banyuwangi dan satu lagi berada di Islandia. Berikutnya yang merupakan turunan dari Segitiga Berlian adalah Plengkung atau juga biasa disebut sebagai G-land, yang terletak di Kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Plengkung sangat tersohor sebagai tempat berselancar terbaik di dunia, hingga para peselancar memberi julukan The Seven Giant Waves Wonder" pada tempat ini. Dan yang terakhir dari Segitiga Berlian adalah Sukamade, yang menawarkan pantai tenang dan pengalaman tak terlupakan melihat penyu mendarat dan bertelur malam hari.
            Sejatinya, tempat terindah lainnya yang ada di Banyuwangi juga memiliki kesempatan yang sama untuk dipromosikan atau diperkenalkan. Banyak tempat wisata alam lainnya yang tak kalah menarik dan masih alami. Penyebutan menggunakan istilah seperti Triangle Diamond sangatlah efektif untuk memudahkan tempat tersebut dikenal dan diingat. Sampai saat ini memang masih Triangle Diamond yang menjadi primadona. Melihat hal tersebut, tercetus sebuah ide untuk membuat istilah baru yang merangkum beberapa tempat wisata yang tak kalah menarik untuk dikunjungi. Berawal dari melihat potensi tempat ini yang bisa menjadi “Emas” Banyuwangi, dan posisi tempat wisata yang saat ini juga sedang dikembangkan, maka muncul istilah The Golden Path atau Jalur Emas. Apa saja yang berada pada Jalur Emas ini?, ada tiga tempat yang berada pada Jalur Emas ini yaitu: Bedul, Pulau Merah dan Teluk Hijau. Muncul ide untuk menyebutnya sebagai The Golden Path atau Jalur Emas, karena ketiganya berada pada satu jalur lurus ketika ditarik sebuah garis. Sedangkan Emas, berfilosofi bahwa ketiga tempat ini sangat seperti sebuah perhiasan yang mewah dan menawarkan keindahan yang sangat mahal seperti emas dan jika dikembangkan bisa menjadi “Emas” bagi Banyuwangi.
Sekarang mari kita bahas satu persatu potensi wisat dari The Golden Path ini. Bedul, yang merupakan kawasan hutan mangrove yang terbesar di Pulau Jawa menyimpan ke-exotic-kan yang akan memanjakan mata para pengunjung. Tempat wisata Mangrove Bedul berada di kawasan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) Desa Sumberasri Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Tempat ini menyuguhkan pemandangan hutan mangrove yang mengelilingi segara anakan, dan diperkirakan kurang lebih terdapat 27 jenis mangrove di tempat ini. Segara anakan merupakan muara sungai yang menghubungkan dengan laut selatan. Ketika mengunjungi tempat ini, kita akan disuguhkan dengan jutaan pohon mangrove yang menyebar di area seluas ribuan hektare.  Selain menikmati mangrove, wisatawan juga bisa menikmati keindahan laut selatan dengan sebelumnya berjalan menembus hutan sepanjang 800 meter. Untuk menuju ke laut selatan, wisatawan bisa menggunakan perahu yang memang disediakan untuk para pengunjung. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan istilah 'gondang-gandung'. Wisatawan akan dikenakan tarif perahu Rp 5.000 per orang untuk mencapai antar dermaga. Dermaga bagian selatan terhubung dengan hutan TNAP, dan wisatawan bisa berjalan membelah hutan untuk mencapai laut selatan. 
Pilihan lain untuk menikmati tempat ini adalah dengan berkeliling ke segara anakn dan mengunjungi tempat-tempat seperti Kere, Cungur dan Ngagelan. Selain menyusui hutan mangrove dan menikmati fauna yang ada didalamnya, wisatawan juga dapat bertemu dan melihat langsung nelayan tradisional yang sedang beraktivitas di area tersebut. Pengalaman wisata yang sangat unik dan berbeda pastinya ketika berkunjung ke wisata mangrove Bedul. Puas berkeliling, wisatawan dapat menikmati kuliner khas Bedul yaitu berupa olahan ikan Bedul yang berada d warung-warung sekitar dermaga. Jika terus dikembangkan menjadi sebuah kawasan Ekowisata, maka Bedul akan menjadi “Emas” bagi Banyuwangi.
Jalur emas yang berikutnya adalah Pulau Merah atau juga disebut sebagai Red Island. Pantai ini semakin popular dan banyak diperbincangkan setelah diadakan International Surfing Competition di tempat ini. Ombak di Pulau Merah memang sangat cocok untuk peselancar khususnya bagi para pemula. Terletak 80 km dari pusat kota Banyuwangi, tempat ini menawarkan keindahan pantai dengan pasirnya yang putih dan bukit setinggi 200 meter yang merupakan icon dari tempat ini yang sangat indah. Pulau yang berada di tengah laut tersebut memiliki tanah yang berwarna kemerahan seperti batu bata dan akan menyatu dengan darat ketika air laut surut. Banyak yang mengatakan ombak di pantai ini mirip seperti Pantai Kuta di Bali, bahkan di Pulau Merah dikatakan lebih menarik. Saat ini kawasan ini memang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu tujuan wisata yang wajib dikunjungi ketika berada di Banyuwangi. Tentu tidak berlebihan jika Pulau Merah kita sebut sebagai “Emas” Banyuwangi dan disebut sebagai salah satu The Golden Path.
Tempat terakhir yang merupakan The Golden Path atau Jalur Emas adalah Teluk Hijau atau lebih popular dengan sebutan Green Bay yang berada di Kecamatan Pesanggaran.  Teluk hijau masuk dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri yang merupakan “Emas” tersembunyi di Banyuwangi. Untuk menuju ke tempat ini memang diperlukan perjuangan yang akan menantang adrenalin, karena harus berjalan melewati bukit.  Sebuah jalan setapak dan curam berbatu serta melewati rimbunya pepohonan yang besar-besar, akan menemani ketika menuju Green Bay.  Keunikan dari tempat ini adalah pasirnya yang putih dan bersih serta menawarkan sensai yang sangat lembut dan empuk ketika menyentuh kaki. Keindahan panorama pantainya tentu tidak bisa diragukan lagi. Menawarkan warna air laut yang kehijauan dan ombak yang tenang, menjadikan tempat ini sangat nyaman untuk berenang atau sekedar bermain air. Disudut ujung, terdapat air terjun dengan debit sedang yang juga dapat dinikmati setelah bermain air laut. Sebuah paket lengkap ketika kita mengunjungi tempat ini, laut jernih dan tenang, pasir putih yang halus, dan air terjun yang bisa dinikmati. Pengalaman berkunjung ke Green Bay akan melekat menjadi sebuah kenangan yang akan membuat ketagihan.

Sebuah kewajaran ketika ketiga tempat tersebut akhirnya disebut sebagai The Golden Path atau jalur emas. Selain ketiganya mudah dijangkau dan bisa dikunjungi dalam satu waktu karena beraa dalam satu garis lurus, ketiganya juga memiliki keunikan dan keindahan yang ditawarkan. Pengelolaan yang baik dan promosi yang terus dilakukan akan menjadikan tempat tersebut sebagai “Emas” Kabupaten Banyuwangi. The Golden Path akan menjadi sebuah primadona baru destinasi di Banyuwangi setelah Triangle Diamond