Pariwisata merupakan industri
yang tidak akan pernah ditinggalkan dan akan terus berkembang sepanjang waktu. Setiap
daerah akan terus mengembangkan potensi pariwisatanya yang nantinya akan
berimbas pada semua aspek terutama aspek ekonomi. Banyuwangi, sebagai kabupaten
yang memiliki wilayah terluas di Jawa Timur terus mengembangkan dan berbenah
untuk memajukan bidang pariwisata. Memiliki jargon The Sunrise of Java, Banyuwangi mampu memperkenalkan tempat
wisatanya ke mata dunia melalui berbagai event
Internasional seperti Banyuwangi Tour de Ijen, International Surfing Competition
dan banyak event lain yang menarik yang dikemas dalam Banyuwangi Festival.
Selain itu, Banyuwangi memiliki potensi wisata alam yang sangat luar biasa
menakjubkan. Mulai dari garis pantai yang cantik hingga hutan dan gunung yang
masih terjaga kealamiannya. Perpaduan itu sudah lama diwakilkan dengan istilah Triangle Diamond atau Segitiga Berlian
yang meliputi Kawah ijen, Plengkung dan Sukamade. Dimana ketiganya jika ditarik
sebuah garis akan membentuk sebuah segitiga.
Keindahan dari Segitiga
Berlian sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Kawah ijen menawarkan keindahan
kawah belerang yang indah serta keramahan penambang belerang yang dapat
dijumpai selama pendakian. Hal lain yang juga tak kalah menarik adalah fenomena
“Blue Fire” atau api biru yang merupakan
satu-satunya di Indonesia, dan didunia hanya ada di dua tempat yaitu di
Banyuwangi dan satu lagi berada di Islandia. Berikutnya yang merupakan turunan
dari Segitiga Berlian adalah Plengkung atau juga biasa disebut sebagai G-land, yang terletak di Kawasan Taman
Nasional Alas Purwo. Plengkung sangat tersohor sebagai tempat berselancar
terbaik di dunia, hingga para peselancar memberi julukan “The Seven Giant Waves Wonder" pada
tempat ini. Dan yang terakhir dari Segitiga Berlian adalah Sukamade, yang
menawarkan pantai tenang dan pengalaman tak terlupakan melihat penyu mendarat
dan bertelur malam hari.
Sejatinya, tempat
terindah lainnya yang ada di Banyuwangi juga memiliki kesempatan yang sama
untuk dipromosikan atau diperkenalkan. Banyak tempat wisata alam lainnya yang
tak kalah menarik dan masih alami. Penyebutan menggunakan istilah seperti Triangle
Diamond sangatlah efektif untuk memudahkan tempat tersebut dikenal dan
diingat. Sampai saat ini memang masih Triangle Diamond yang menjadi
primadona. Melihat hal tersebut, tercetus sebuah ide untuk membuat istilah baru
yang merangkum beberapa tempat wisata yang tak kalah menarik untuk dikunjungi. Berawal
dari melihat potensi tempat ini yang bisa menjadi “Emas” Banyuwangi, dan posisi
tempat wisata yang saat ini juga sedang dikembangkan, maka muncul istilah The
Golden Path atau Jalur Emas. Apa saja yang berada pada Jalur Emas ini?, ada
tiga tempat yang berada pada Jalur Emas ini yaitu: Bedul, Pulau Merah dan Teluk
Hijau. Muncul ide untuk menyebutnya sebagai The Golden Path atau Jalur
Emas, karena ketiganya berada pada satu jalur lurus ketika ditarik sebuah
garis. Sedangkan Emas, berfilosofi bahwa ketiga tempat ini sangat seperti
sebuah perhiasan yang mewah dan menawarkan keindahan yang sangat mahal seperti
emas dan jika dikembangkan bisa menjadi “Emas” bagi Banyuwangi.
Sekarang mari kita bahas satu persatu potensi
wisat dari The Golden Path ini. Bedul, yang merupakan kawasan hutan
mangrove yang terbesar di Pulau Jawa menyimpan ke-exotic-kan yang akan
memanjakan mata para pengunjung. Tempat wisata Mangrove
Bedul berada di kawasan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) Desa Sumberasri
Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Tempat ini menyuguhkan pemandangan
hutan mangrove yang mengelilingi segara anakan, dan diperkirakan kurang lebih
terdapat 27 jenis mangrove di tempat ini. Segara anakan merupakan muara sungai
yang menghubungkan dengan laut selatan. Ketika mengunjungi tempat ini, kita
akan disuguhkan dengan jutaan pohon mangrove yang menyebar di area seluas
ribuan hektare. Selain menikmati
mangrove, wisatawan juga bisa menikmati keindahan laut selatan dengan
sebelumnya berjalan menembus hutan sepanjang 800 meter. Untuk menuju ke laut
selatan, wisatawan bisa menggunakan perahu yang memang disediakan untuk para
pengunjung. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan istilah 'gondang-gandung'. Wisatawan
akan dikenakan tarif perahu Rp 5.000 per orang untuk mencapai antar dermaga.
Dermaga bagian selatan terhubung dengan hutan TNAP, dan wisatawan bisa berjalan
membelah hutan untuk mencapai laut selatan.
Pilihan lain untuk
menikmati tempat ini adalah dengan berkeliling ke segara anakn dan mengunjungi
tempat-tempat seperti Kere,
Cungur dan Ngagelan. Selain menyusui hutan mangrove dan menikmati fauna yang
ada didalamnya, wisatawan juga dapat bertemu dan melihat langsung nelayan
tradisional yang sedang beraktivitas di area tersebut. Pengalaman wisata yang
sangat unik dan berbeda pastinya ketika berkunjung ke wisata mangrove Bedul.
Puas berkeliling, wisatawan dapat menikmati kuliner khas Bedul yaitu berupa
olahan ikan Bedul yang berada d warung-warung sekitar dermaga. Jika terus
dikembangkan menjadi sebuah kawasan Ekowisata, maka Bedul akan menjadi “Emas”
bagi Banyuwangi.
Jalur emas yang
berikutnya adalah Pulau Merah atau juga disebut sebagai Red Island. Pantai ini
semakin popular dan banyak diperbincangkan setelah diadakan International Surfing Competition di
tempat ini. Ombak di Pulau Merah memang sangat cocok untuk peselancar khususnya
bagi para pemula. Terletak 80 km dari pusat kota Banyuwangi, tempat ini
menawarkan keindahan pantai dengan pasirnya yang putih dan bukit setinggi 200
meter yang merupakan icon dari tempat
ini yang sangat indah. Pulau yang berada di tengah laut tersebut memiliki tanah
yang berwarna kemerahan seperti batu bata dan akan menyatu dengan darat ketika
air laut surut. Banyak yang mengatakan ombak di pantai ini mirip seperti Pantai
Kuta di Bali, bahkan di Pulau Merah dikatakan lebih menarik. Saat ini kawasan
ini memang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebagai
salah satu tujuan wisata yang wajib dikunjungi ketika berada di Banyuwangi.
Tentu tidak berlebihan jika Pulau Merah kita sebut sebagai “Emas” Banyuwangi
dan disebut sebagai salah satu The Golden
Path.
Tempat terakhir yang
merupakan The Golden Path atau Jalur Emas adalah Teluk Hijau atau lebih popular
dengan sebutan Green Bay yang berada
di Kecamatan Pesanggaran. Teluk hijau masuk
dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri yang merupakan “Emas” tersembunyi di
Banyuwangi. Untuk menuju ke tempat ini memang diperlukan perjuangan yang akan
menantang adrenalin, karena harus berjalan melewati bukit. Sebuah jalan setapak dan curam berbatu serta
melewati rimbunya pepohonan yang besar-besar, akan menemani ketika menuju Green
Bay. Keunikan dari tempat ini adalah
pasirnya yang putih dan bersih serta menawarkan sensai yang sangat lembut dan
empuk ketika menyentuh kaki. Keindahan panorama pantainya tentu tidak bisa
diragukan lagi. Menawarkan warna air laut yang kehijauan dan ombak yang tenang,
menjadikan tempat ini sangat nyaman untuk berenang atau sekedar bermain air.
Disudut ujung, terdapat air terjun dengan debit sedang yang juga dapat
dinikmati setelah bermain air laut. Sebuah paket lengkap ketika kita
mengunjungi tempat ini, laut jernih dan tenang, pasir putih yang halus, dan air
terjun yang bisa dinikmati. Pengalaman berkunjung ke Green Bay akan melekat menjadi sebuah kenangan yang akan membuat
ketagihan.
Sebuah kewajaran ketika
ketiga tempat tersebut akhirnya disebut sebagai The Golden Path atau jalur
emas. Selain ketiganya mudah dijangkau dan bisa dikunjungi dalam satu waktu
karena beraa dalam satu garis lurus, ketiganya juga memiliki keunikan dan
keindahan yang ditawarkan. Pengelolaan yang baik dan promosi yang terus
dilakukan akan menjadikan tempat tersebut sebagai “Emas” Kabupaten Banyuwangi. The Golden Path akan menjadi sebuah
primadona baru destinasi di Banyuwangi setelah Triangle Diamond.